semakin kamu dewasa, kadar kegalauan dalam dirimu semakin bertambah

Katakanlah ini curhat colongan, atau hanya sebuah catatan di persinggahan jalan menuju surga. Dua-puluh lima, saya -penulis fiksi tak dikenal ini- beberapa bulan lagi akan menggenapi helaan nafas tanpa henti di bumi selama dua-puluh lima tahun. Bukan sebentar tapi saya rasa sudah lama, sudah seperempat abad saya mengayuh sepeda melewati poros kehidupan yang tak pernah tentu arahnya.

Saya bersyukur pada tuhan karena saya dianugerahi label perempuan. tuhan memberikan kepala yang di dalamnya, bersarang seluruh pusat mekanisme kerja nalar dengan rentetan ide yang tidak pernah habis. di dalam dada pun sejak saya lahir sudah bersarang sekeping hati; muara segala rasa, tempat saya menanak emosi dan mengekspresikannya.

Saya perempuan, dan kebetulan saya menulis. ide menulis ini tidak begitu saja runtuh dari langit seperti hujan kemudian membasahi kulit saya dan masuk ke pori pri serta mengalir di dalam darah saya menuju otak saya. Ide ini saya lakukan dengan proses, proses pembelajaran. Saya menyukai puisi juga bukan tanpa sebab, oh iya saya pemimpi itu sebabnya saya selalu dapat dikenyangkan dengan sajian puisi. Dan menuju seperempat abad kali ini, tidak ada yang lebih mengasyikan daripada memutar kembali proyektor yang tuhan titipkan di otak saya sebagai pengingat untuk sekedar menelisik dan mengevaluasi hal hal yang sudah saya lakukan.

saya ingat beberapa kawan yang bilang, memasuki umur dua-puluh lima maka hidupmu akan dipenuhi kegalauan. karena umur dua-puluh lima adalah umur yang rentan dengan kegalauan. apakah itu akan berlaku juga di kehidupan dua-puluh lima saya ? let us see :)