Dia dan ia ( jeda untuk Gadis)
Di sudut ruangan kafe kecil, dengan sebatang nikotin terakhir di antara jemarinya, dia coba membunuh sedihnya sekali lagi dengan alunan lagu sendu yang dibawakan dengan suara serak penyanyi perempuan berambut panjang di tengah kafe dengan bandnya. Kepulan-kepulan asap membuat ingatannya saling bertubrukan dan berhamburan keluar dari memori otaknya. Ingatan saat-saat terakhir bersama sosok gadis yang tak pernah sempat dia bahagiakan. Dia mengerjap, dalam hatinya ia bertepuk tangan untuk ekspresi si penyanyi cafe karena nyanyian riang yang terasa sangat dipaksakan oleh kesenduan yang terbaca dari riak wajah si penyanyi.
betapa pintarnya manusia menyembunyikan apa yang mereka rasakan, Dia meraih cangkir kopi yang berada disampingnya dan menyesapnya kembali, pahit. Tetapi kenyataan jauh lebih pahit lagi dibanding tegukan terakhir kopi hitam pekat yang sejak sejam yang lalu dengan setia menemaninya menulis.
pernah kuberikan separuh dari jiwaku untuknya, tapi itu tak kembali saat dia tinggalkanku, kini jiwaku tinggal separuh, akankah kuberikan 1/4 lagi itu kepada yang lain?
langkah membawa dia kembali menapak di atas bebatuan kecil di pinggir jalan kota ini. Tak ada maksud untuk berdiam di kota ini terlalu lama walaupun sejujurnya dia nyaman berlama-lama di kota ini jika saja tak ada Ia yang kerap menyerukan namanya dan mengajak kembali pulang. Dan mungkin inilah kali terakhir dia menjejak langkah disini, dikota yang mereka sebut "Kenangan" untuk mengutarakan sepotong maaf yang nyatanya selalu kelu berhenti di ujung lidah. Tapi sepertinya kini telah terlambat, gadis itu telah pergi meninggalkan dia. Ada sesuatu yang mewakilkan rasa penyesalannya: lelehan airmata.
Betapa aku membayangkan, bahwa wajahmu lah yang pertama kali kulihat…
Ketika mata ini terbuka di pagi hari…
Dia pernah mencintai, menyakiti dan berakhir ditinggalkan oleh gadis dengan senyum manis yang menjadi favoritnya. Gadis ini pernah ada dan akan selalu ada. Gadis ini juga yang menjadi pengingat kecil bahwa sudah saatnyadia mengkoreksi diri. Gadis itu dengan mata berbinar pernah berkata pada dia bahwa waktu mempunyai sayap dan mengajaknya untuk ikut serta terbang melaju menuju dunia yang baru untuk mereka berdua, tetapi dia diam tak bergeming bahkan menolak dan menertawakan gadis itu, 'racauan bodoh, mana mungkin waktu mempunyai sayap!'
kucoba segala macam cara, hanya untuk membuatmu berkata…
ya…
tapi ternyata, waktu memang bersayap dan dengan cepat membawa gadis itu terbang meninggalkan dia yang masih enggan untuk beranjak dari tempat dimana dia nyaman berdiam hingga suatu ketika dia menyadari bahwa dia telah kehilangan separuh hati dan bahkan hidupnya dia merutuki dirinya sendiri dan bertanya mengapa tuhan tak menciptakan tombol 'rewind', kerap terlihat dia keluar masuk toko barang bekas untuk mencari mesin waktu yang dapat mmembawanya kembali dan menyingkirkan kalimat penolakan untuk ikut serta terbang bersama gadis yang selalu dicintainya itu.
aku melirik ke sebelah, hmm… tak ada apa-apa. kulanjutkan kembali pekerjaanku. sial, sulit sekali konsentrasi. kulihat penunjuk waktu di pergelanganku. ya ampun, sudah hampir tengah malam. kuambil benda di sebelahku dan masih saja tak ada apa. ah, benar saja itu kan sudah lewat, aku tersadar. bahkan sudah hampir setahun lebih berlalu. kuletakkan benda itu kembali.
sulit memang jika sudah kebiasaan.
melihat nama mu di layar ponselku.
Dia sedang belajar mencintai kembali, walaupun setengah dari hatinya telah dibawa pergi oleh gadis dengan senyum manis favoritnya bertahun-tahun yang lalu. tapi setidaknya masih ada setengah lagi untuk dia bertahan. Setiap hari dia berdoa semoga Ia yang telah bersamanya selama setahun terakhir ini dapat menggenggam erat sisa hatinya yang sudah tak sempurna.
"aku rindu.” keluhnya, tertahan pun hanya dalam hati.
Dia sedang membereskan tulisannya dan membubuhkan kata 'the end' saat ekor matanya menangkap sosok perempuan yang hampir setahun ini menggenggam sisa setengah hatinya dengan penuh kehati-hatian. Ia melangkah masuk dan mendaratkan badannya di depan Dia. "Pulang yuk, kamu sudah terlalu lama disini." pungkasnya tersenyum.
mari pulang, ke tempat dimana aku belajar kembali untuk mencintai, semoga tuhan memudahkan langkahku.
Bumi
10 desember 2012
note: untuk seorang sahabat yang telah kugenggam setengah hatinya :)
0 comments