Irisan
Kembali aku melangkahkan kaki ke tempat ini; ke tempat dimana kita selalu menghabiskan separuh malam dengan batangan nikotin dan sebotol air mineral dingin serta gumpalan percakapan yang tak pernah habis kita kunyah dan telan.
Ke tempat dimana kamu selalau melambaikan tangan ketika melihat sosokku berjalan dalam efek domino puluhan orang yang berlalu lalang. di tempat ini ada banyak malam yang kita habiskan untuk menguntai cerita cerita masa lalu yang berselimutkan debu waktu dan pahit beralaskan air mata hingga satu sentuhan di wajah mengubah air mata menjadi senyuman. Hingga kau hafal betul kapan air mataku akan mengalir dan dengan sigap menawarkan bahumu untukku tertunduk. Kita kerap merasakan hujan bukan melalui rintik melainkan kumpulan lirik yang tersiul hingga tak sadar fajar merayap perlahan.
Cukup lamakah aku mengenalmu sehingga aku menjatuhkan hati tepat di hadapanmu? tidak, tidak butuh waktu lama. Entahlah, sesuatu dalam dirimu membuat ku merebahkan ego yang tinggi menjulang untuk tidak mengucap kata "Rindu." Merindukanmu adalah suatu kegiatan yang kutunggu. Aku menitip rindu pada garis senyummu, lirikan matamu dan sentuhan jarimu juga pendaran sinar matamu yang selalu menegaskan bahwa kau tidak akan pernah beranjak dari sisiku.
Kini semua berbeda, kembali datang lagi ke tempat ini dan mengingat segala sesuatunya. Mengingatmu dalam tangkapan lensa memoriku. Mungkin tempat ini sekarang akan menjadi irisan irisan kenangan yang tidak akan pernah hendak kita hapus dari rengkuhan ingatan masing-masing, kenangan yang akan selalu ada untuk diceritakan di masa depan.
Terima kasih telah menjadi bintang selatan penunjuk arahku pulang.
Terima kasih selalu mempercayakan namaku ada dalam tiap bait bait doamu.
Terima kasih telah menitipkan serpihan hatimu yang tak lagi utuh untukku perbaiki.
Terima kasih untuk selalu mendengarkan.
Terima kasih untuk mewujudkan akhir dari cerita dongeng yang selalu aku impikan.
Terima kasih untuk memilihku.
Aku menghela nafas panjang dan menyadari kamu berdiri disana tepat diseberangku seperti biasanya, tersenyum untuk menjemputku disini. Namun kali ini kita tidak menemui jalan berbeda untuk pulang karena kita akan pulang bersama ke tempat dimana kamu dan aku menghabiskan waktu dengan percakapan kembali sebagai suami dan istri. Terima kasih Tuhan, rencanamu sangat hebat dan terima kasih bahwa kamu telah membuktikan bahwa pendaran sinar matamu adalah nyata "takkan pernah beranjak dari sisiku..."
3 comments
blog nya bagus. kalau sempat, mampir ke blog saya yaa www.ceritaulya.blogspot.com
ReplyDeleteHalo Zakiah, terima kasih sudah mampir. Tentu saya akan mampir menuju ruang tulismu :)
ReplyDeleteAku harap mbak berakhir sama laki-laki ini :)
ReplyDelete