2 bulan 6 hari setelah kepergian ayah
Beberapa hari ini dirundung kesedihan yang tidak bisa lagi saya tumpahkan lewat aksara. Ada suatu malam dimana saya sangat merindukan ayah saya. Merindukan waktu dimana saya menghabiskan waktu dengan beliau, dan saya hanya diam dalam sujud seusai sholat berdoa pada sang Maha agar beliau baik baik saja di sisiNya.
menjelang tidur proyektor tua yang terpasang pada otak saya memutar kembali potongan potongan waktu yang saya habiskan dengan beliau. Dulu sewaktu saya masih kecil, beliau kerap mengajak saya untuk lari padi di hari minggu. Pulangnya kami mampir di warung kopi daerah salemba. Di sana biasanya ayah saya memesankan bubur kacang hijau, roti dan segelas teh hangat untuk saya dan beliau lebih memilih telur setengah matang, secangkir kopi juga roti bakar. Itu adalah ritual kecil kami setiap minggu pagi, sarapan sambil ngobrol tentang apa saja.
sakit rasanya -- saya tidak bisa menjelaskan rasa sakitnya-- ketika menyadari bahwa kehilangan beliau, saya seperti kehilangan separuh nyawa saya. Saya memang dekat dengan ayah saya ketimbang dengan ibu. Ayah selalu membelikan saya mainan, mengajak bermain bulu tangkis, mengajari saya membuat mobil-mobilan dari kulit jeruk bali, menngajarkan saya mengaji, membantu saya mengerjakan Pe-er, memberi hadiah saat saya juara kelas, mengajak saya pergi jalan jalan setiap hari minggu. Saya mendapat banyak pelajaran tentang hidup dari beliau, bagaiman kita bersikap baik dan jujur.
Ayah adalah orang yang paling jujur yang pernah saya kenal. Posisi ayah di kantor sangat baik, ayah mengepalai suatu bagian yang penting, bahkan tidak jarang ayah mendapat tawaran untuk korupsi, tapi alhamdulillah ayah selalu menolak dan kami sekeluarga hidup dengan baik dari gaji ayah. Ayah saya selalu mengajarkan saya untuk tetap berpijak pada bumi walaupun mendapat hibahan sayap untuk terbang, karena tempat terbaik adalah di bumi dimana kita bisa mensyukuri keindahan dan anugerah yang Tuhan berikan untuk kita.
hari ini saya sangat kangen ayah. Dan tertidur dengan mata yang berair.
jika saja saya mempunyai mesin untuk memutar waktu...
saya akan memilih menjadi anak kecil selamanya, dan ayah tak perlu menua, tak perlu meninggalkan saya selamanya....
Naaj
Jakarta, senin 27 Januari 2014
2 bulan 6 hari setelah kepergian ayah
0 comments