Dear Harun
Hai Harun,
apa kabar?
aku mau memberitahumu bahwa aku akan menulis kembali, sudah terlalu lama aku meletakkan pena. Terlalu lama aku tidak menerjemahkan ribuan kata yang bergemuruh di kepalaku menjadi sebuah tulisan. Seandainya saja kamu masih disini, mungkin aku akan punya tempat untuk membicarakan konsep konsep ceritaku.
Aku berterima kasih, karena kamu, aku jadi menulis.Satu hal yang selalu kamu lakukan: Kamu mempercayaiku. Kamu percaya bahwa aku bisa menulis dengan baik.Mereka bilang, menjadi penulis itu miskin. tapi yang aku rasakan justru aku semakin kaya raya dengan menulis, ya, hatiku menjadi kaya raya akan rasa. aku bisa memahami banyak rasa. Sama seperti katamu 'menulislah dengan hati bukan otak' begitu juga mereka yang menilai segala sesuatu berdasarkan neraca keuntungan bukan karena hati.
Harun,
akhir akhir ini aku belajar sesuatu bahwa bermimpi ialah hal yang paling menyakitkan. aku memutuskan untuk berhenti bermimpi, untuk hal apapun. entahlah, dadaku terasa sesak. yang aku butuhkan hanya pelukan.
Harun,
besok aku mau buka rental pelukan, aku merasa kasihan pada orang yang sedang dalam keadaan sedih dan tertekan dan yang mereka butuhkan sebetulnya hanya sebuah pelukan dan telingan untuk mendengar tapi tak ada yang disamping mereka menemani. ah aku baru saja dengan kau bilang "Gila!" lalu tertawa terkekeh. biar saja Harun, aku mau buka rental pelukan untuk setidakny ameringankan rasa sesak mereka yang menangis.
Harun,
aku harus pergi. keretaku sudah menunggu. sampai bertemu lagi, aku akan mengirimu surat seperti janjiku.
Au Revoir Harun!
0 comments