Terbang
pagi ini. 07.30 pagi. mata nya mengerjap, Perlahan mata kaki nya menyelinap keluar dari lembar selimut. Pagi ini terasa gerah. Air conditioner yang mati pun makin melengkapi kegerahan ruang kamar padahal diluar sana sejuk, masih terasa jejak mendung di langit Sisa hujan semalam.
Toilet. Destinasi pertama nya pagi ini. Ya, melarutkan sisa ampas semalam yang mengendap di dalam usus. Pagi ini juga, Rasa sakit menghantam kepala lagi, entah tapi rasanya sangat sakit.
cih, pasti karena hingar - bingar semalam. perempuan setengah telanjang itu tanpa ragu segera menelan 3 butir pil berwarna coklat gelap sesuai aturan dengan bantuan tegukan air putih segar Tenggorokan nya tampak naik turun, sambil menahan nafas mata nya masih memandangi langit-langit kamar. Seteguk air putih segar mengalir di kerongkongan nya yang tercekat ludah mengental.
dia benci rasa sakit yang mengharuskannya merubah menu sarapan pagi dengan 3 butir pil dan segelas air putih. menghela nafas lalu memejamkan mata meyakinkan diri bahwa rasa sakit ini akan segera hilang. Pagi ini tak tahu harus melakukan apa sesaat otak ini mati suri, menyulut rokok dirasa dapat dijadikan pelarian sementara dari mati suri ini.
seluruh oksigen di rongga pernapasan nya mulai terkuras habis, tergantikan oleh asap tembakau yang berebut masuk, sedikit menyesakkan tapi setidaknya memberikan rasa nyaman. terlalu banyak alkohol dan asap rokok semalam. menghilangkan kepenatan sejenak berdansa gelisah di lantai dansa di sebuah club yang penuh para mahkluk penganut hedonisme yang terletak di daerah Senayan, Jakarta Selatan. Terlalu banyak tensi dalam hidup nya sejenak bersama sahabat lalu melarikan diri dalam hiruk pikuk dan hingar bingar malam, Lantas pulang dengan memacu kecepatan di jalanan sudirman yang sepi pukul 03.59 pagi.
dia menertawakan keadaan tadi malam Ha ha. Kasian pada dirinya sendiri, yang ternyata hanya sejenak menemukan pelarian mencari kedamaian dalam hingar bingar musik yang menghentak keras memacu detak jantung lebih cepat. Tapi lantas menemukan kenyataan bahwa kemudian harus menangis lagi. Tangannya dengan sigap menyalakan TV, memilih chanel yang menampilkan berita infotainment. dia tertegun, wajah dan kabarnya wara wiri menjadi headline infotainment. another divorce. hidup dan pernikahan yang nyaris sempurna. kaya, terkenal dan suami yang selalu setia menemaninya, tapi ternyata semuanya semu, dia dikalahkan perempuan muda dari kampung.
dia tertawa. Tertawa keras yang kemudian segera berganti dengan sesengguk tangis. Ironis, inilah hidup! Cih dia benci hidup macam ini! dia benci dilupakan, dia benci ditepikan, dia benci dengan kenyataan bahwa dirinya tengah menangis. perempuan itu melangkah lemas, menyeret langkah kakinya menuju beranda membuka pintu dan menghirup udara
“tuhan…ini saatnya kita bertemu…”
dia melompat terbang dari lantai 27 apartemennya. tubuhnya hancur juga hatinya.
0 comments