aku culik Hujan,
Buat langit kebingungan, jam kerja hujan belum usai
Sementara Matahari masih ngorok lengkap dengan iler di ujung bibirnya
Belum mau dibangunkan.
Hujan Tanya, mau dibawa kemana
Mau jalan-jalan, kau kan belum libur sejak 3 hari yang lalu, jawabku.
Kubawa dia menuju stasiun Gambir
Naik kereta sore jam 4, menuju Yogyakarta
stasiun Tugu, Yogya
bunyi peluit panjang masinis membangunkan Hujan yang tengah melelapkan kepalanya di pundakku
ayo bergegas, kita sudah di yogya. ucapku.
Hujan senang ketika kusewa andong
Dia merajuk, memohon menjadi kusir
aku petunjuk jalannya
Di persimpangan lama kami mencoba membaca arah angin yang membeku.
kami mampir ke malioboro beli kain batik lurik
Mencoba menembus pagar beringin di depan keraton
Singgah minum teh poci dengan gula batu di lesehan emperan toko
Mencicipi Gudeg jogja
Di pasar BeringHarjo
Kami sempatkan membeli gerabah, hadiah untuk Matahari
Dia senang menanak nasi, ujar Hujan.
Saat singgah di Vredeburg.
Hujan menerangkan
Dulu namanya Rustenburg, benteng perisirahatan
Dulu namanya Rustenburg, benteng perisirahatan
Sebelum akhirnya berubah menjadi Benteng Vredeburg atau benteng perdamaian
Tau darimana, tanyaku
Dari kakekku, jawab Hujan
Ah sepertinya kamu kangen kakekmu yang kini sudah istirahat menua renta ya?
Di Yogya terkubur banyak cerita
Tidak akan selesai kita gali dalam sehari
Perlu waktu berhari-hari
Ah, langit mulai menjingga
Saatnya kembali pulang
Selesai sudah tamasya kita hari ini
Setidaknya Hujan sudah bisa tersenyum.
Stasiun Tugu Yogya,
Dengan gembolan oleholeh di pundak
Kami tertawa melihat kumpulan gambar yang tertangkap kamera
Saatnya pulang.
(februari 2010)
Petrichor
catatan ringan ketika hujan sedang berkunjung dan duduk di punggung jendela kamar saya
(februari 2010)
Petrichor
catatan ringan ketika hujan sedang berkunjung dan duduk di punggung jendela kamar saya