Mata sayunya memandangi langit, kemudian pecahlah air mata nya, mengalir turun bersama rinai hujan yang melewati lembah pipi dan merelakan sebagian sadarnya. Hatinya terhimpit rindu yang menyesakkan.
dan tersadar bahwa terlambat untuk mengakui dan menarik diri dari kisah percintaan yang rumit. Separuh pemikirannya terbang melayang ke suatu tempat dimana perempuan itu melangkah pelan menuju pelaminan. Tidak pernah mengakui adalah penghukuman kepada diri sendiri yang diam diam membiarkan kesedihan menggerogoti pertahanan hati.
Ada banyak alasan yang dia berikan ketika otaknya bertanya pada dirinya sendiri tentang hati yang menunggu selama 7 tahun. Tapi kali ini ia pindah ke kota di Selatan, alasannya bukan karena tengah menghukum dirinya sendiri karena hatinya tak bisa berpindah menuju rumah yang lain, kecuali terjatuh pada senyuman gadis yang selama ini menjadi bagian dari hari-harinya, dengan status: sahabat baik. Tetapi lebih kepada ingin melarikan diri dari perempuan yang telah dia labelkan "masa lalu"
untuk kawan lama
yang mengembara
entah kemana.
dan tersadar bahwa terlambat untuk mengakui dan menarik diri dari kisah percintaan yang rumit. Separuh pemikirannya terbang melayang ke suatu tempat dimana perempuan itu melangkah pelan menuju pelaminan. Tidak pernah mengakui adalah penghukuman kepada diri sendiri yang diam diam membiarkan kesedihan menggerogoti pertahanan hati.
Ada banyak alasan yang dia berikan ketika otaknya bertanya pada dirinya sendiri tentang hati yang menunggu selama 7 tahun. Tapi kali ini ia pindah ke kota di Selatan, alasannya bukan karena tengah menghukum dirinya sendiri karena hatinya tak bisa berpindah menuju rumah yang lain, kecuali terjatuh pada senyuman gadis yang selama ini menjadi bagian dari hari-harinya, dengan status: sahabat baik. Tetapi lebih kepada ingin melarikan diri dari perempuan yang telah dia labelkan "masa lalu"
untuk kawan lama
yang mengembara
entah kemana.