Powered by Blogger.

Day 3 - coping with the pain

by - 16:42

Hari ini semesta kecil saya dipenuhi rasa rindu. Entah harus ditujukan kemana, karena tidak pernah ada jawaban atas pertanyaan saya. Sebuah pesan singkat masuk pagi ini dari seorang kawan yang hampir saya lupakan tapi dia tidak pernah lupa pada saya. Dia bertanya apa bisa saya menerima telpon darinya, saya jawab bisa.

tidak lama handphone saya berdering, nama dia muncul sebagai penelpon. Ada rasa rindu yang membumi saat saya mendengar suaranya. Suara yang selalu bikin saya tenang. Kawan saya, berkebangsaan Afrika Selatan yang saat ini tinggal di Kuala Lumpur membangun bisnis IT nya yang selalu ada saat saya membutuhkan seseorang untuk mendengarkan. 

Saya bercerita segala seuatu yang terjadi di hidup saya akhir-akhir ini, tentang depresi, tentang rasa hampa, tentang diagnosis psikiater saya akan BPD, tentang hati yang sedang tidak baik-baik saja. Benteng pertahanan saya runtuh dan air mata saya kembali eksodus. Joe menghela nafas di ujung telepon, mencoba menenangkan saya. Beberapa patah kalimat yang keluar dari mulutnya membuat saya diam dan berpikir

"Naj, is it because of him? you still miss him?"

Hanya ada rasa sesak yang menumpuk. Joe bertanya kembali apa akar dari depresi saya adalah seseorang yag harusnya saya lupakan? kembali saya mengingat-ingat, teryata bukan. Akar dari depresi saya adalah perasaan hampa yang menahun dan mental issues yang saya punya, hidup saya terlalu baik dan sempurna, semua orang baik sama saya tapi hampa tetap mendekati dan berteman baik dengan saya. Joe bergumam dan menyatakan penyesalannya ketika dia mengetahui bahwa akar dari depresi saya mungkin adalah diri saya sendiri dan mental issues saya.

"Naj, it's okay to cry. I just wanna let you know that If you need me to share i will definitely send you ticket to KL. Just come to KL and we'll have a coffee and talk about your pain."

Joe adalah salah satu sahabat terbaik saya yang tidak segan mengirim tiket pesawat untuk saya datang ke KL seperti dulu-dulu saat saya membutuhkan seseorang untuk berdiskusi dan cerita tanpa takut dihakimi. Setelah menutup telepon, masuk pesan singkat dari Joe yang menguatkan dan membuat saya sadar akan sesuatu:



terkadang memang yang kita butuhkan adalah memeluk rasa sakit, mengikhlaskan dan belajar banyak dari rasa sakit yang kita alami. Setidaknya dari rasa sakit tersebut ada pendewasaan yang kita dapatkan. Dan merasakan rasa sakit juga sebuah perjalan untuk sembuh secara utuh tanpa takut lagi.

however what am i am feeling now may not be a true reflection of my real life. i know that eventually this pain adn depression will change again and it always does. I just need to accept my pain, my depression, my mental issues to grow myself.


Regards,

Naj


You May Also Like

0 comments