nocturne no.2
Dipeluk salju natal yang beku
Dia genapkan perjalanannya
Tubuhnya beku menciut
Di bawah menara montmarte di pertengahan tidur yang abadi
Kembali proyektor di otaknya menyala
Memutar kisah dari kampung gerabah bawa sekantung cerita ke negeri Sarkozy
Panggung
Akting
Lampu sorot
Tumpah ruah tepuk tangan
Hujaman lampu blitz
Ramai . bertahan . skandal . hancur . sepi
Air matanya beku dihembus angin
Temannya menghilang
Hartanya menyublim
Masa keemasannya menguap
Habis. Semua habis dilalap api hedonisme
Dia rindu kampung kecilnya
Rindu mengotorkan tangannya untuk mengukir gerabah
Menyesal mengacuhkan bapak dan emak dikampung
Ingin pulang, tapi tuhan hanya membekalinya beberapa sen di saku
Bahkan membeli sekerat roti dan semangkuk sup pun tidak mampu
Dia tertawa menyerupai gila
Izrail sudah berdiri disampingnya mengilatkan senyum
4 comments
ah kemewahan sebenarnya tidak pernah kekal.ketika jatuh seperti tidak ada apa-apa,malah sampaian terpaksa meminta mati.usaha keras deh.
ReplyDeleteketenaran, pangkat, jabatan dan kekayaan nggak dibawa mati koq..
ReplyDeletethanks udah berkunjung, puisi yang menarik ^_^
bagus sob, izin save yaaa :)
ReplyDeleteakankah taubat nasuha akan cukup bila begini...^_^
ReplyDeletepuisinya slalu keren naaj...^_^